Penyakit magh adalah salah satu penyakit yang menyebabkan lambung terasa perih, sakit, mulas, dan seperti melilit. Rasa sakit pada lambung tersebut timbul karena adanya peradangan atau pada lambung. Penyakit yang juga dikenal dengan istilah radang lambung atau tukak lambung ini menjangkiti hampir 5 dari 10 pekerja profesional di seluruh dunia. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2012, penderita penyakit magh yang berobat ke puskesmas menempati posisi ke-empat dari seluruh jenis penyakit yang diderita pasien. Jumlah tersebut setara dengan 27% dari seluruh pesakitan atau sekitar 26.785 orang.
Hasil survei yang dilakukan belum lama ini oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menunjukan bahwa hampir 60% penduduk Jakarta yang tergolong masih dalam usia produktif sudah menderita magh. Secara lebih rinci 27% dari total penderita magh tersebut masih dalam usia anak-anak. Data ini sungguh sangat mengejutkan bagi kita. Besarnya jumlah penderita
penyakit magh tersebut diduga akibat masih banyaknya masyarakat, khususnya masyarakat usia produktif dan anak-anak muda, yang menganggap keberadaan
penyakit magh ini adalah hal yang sepele.
Di dunia kedoketeran, magh lebih dikenal dengan istilah gastritis. Gastritis berasal dari kata gastro yang dalam bahasa Yunani berarti peradangan lambung. Pada dasarnya, lambung adalah sebuah kantong otot tempat makanan yang kita makan dicerna. Ketika makanan dari mulut dan tenggorokan masuk ke dalam lambung, secara bersamaan bagian lambung yang disebut mukosa mengeluarkan asam hidroklorida (HCl). Asam HCl berfungsi mempermudah proses pencernaan makanan karena membantu merubah tekstur makanan menjadi lebih lunak melalui sifat korosifnya. Pada keadaan normal, asam ini pada tingkat konsentrasi tinggi mampu melarutkan berbagai jenis logam termasuk besi dan baja sekalipun.
Kendati bersifat sangat korosif, asam HCl tidak mampu melukai dinding lambung karena adanya senyawa basa yang terus berinfiltrasi di dinding lambung. Senyawa basa ini berfungsi menetralkan pH lambung sehingga sifat korosif dari asam HCl mampu dikendalikan. Keadaan berubah apabila pasokan senyawa basa bikarbonat menjadi berkurang sedangkan asam HCl di dalam lambung terus bertambah jumlahnya. pH asam HCl pun tidak dapat dikendalikan dan pada akhirnya ia mampu mengikis dinding lambung. Pengikisan dinding lambung inilah yang kemudian menyebabkan rasa perih pada lambung penderita
penyakit magh.
Penyakit magh memang sangat mengganggu aktivitas kita karena rasa sakit pada perut yang tidak tertahankan. Oleh karena itu, pencegahan penyakit magh menjadi sangat dibutuhkan agar kita dapat terhindar dari penyakit ini. selain itu, gejala-gejala awal serangan penyakit magh juga perlu diketahui dan diwaspadai untuk dapat secepatnya diambil tindakan agar penyakit ini tidak semakin parah.